Korea Selatan memegang teguh pepatah lawas yang bunyinya “kebahagiaan akan datang di akhir penderitaan”. Pepatah tersebut tentunya sangat pas bila dikaitkan dengan pencapaian yang dimiliki oleh Korea Selatan di Piala Dunia 2002.

Kala itu, bersama Jepang, FIFA memilih Negeri Ginseng tersebut sebagai tuan rumah dan menjadi negara Asia pertama yang menggelar Piala Dunia. Oleh sebab itu Piala Dunia 2002 menorehkan sejarah berharga untuk negara-negara Asia. Di bawah asuhan pelatih asal Belanda, Guus Hiddink, Ksatria Taegeuk telah berhasil mengguncang dunia sepak bola bergengsi sekaligus berhasil menorehkan sejarah dalam karier sepak bolanya dalam turnamen prestisius tersebut. .

Tidak Diunggulkan

Tidak menjadi tim unggulan di awal turnamen, anak asuh Hiddink justru tampil memukau dan merangsek hingga berhasil mencapai ke babak semifinal bersama Turki, Brasil, dan Jerman.

Satu di antara duel yang paling berkesan adalah kontra Italia di babak 16 besar. Kedua negara tersebut saling berhadapan dalam laga yang digelar di Daejeon World Cup Stadium, 18 Juni 2002.

Para pendukung tuan rumah yang hadir untuk mendukung negaranya pun harap-harap cemas. Karena Italia adalah tim favorit di pentas bergengsi ini dengan koleksi tiga gelar juara yang dimilikinya. Akan tetapi, Korea Selatan berhasil menang 2-1 atas Italia kala itu.

Disangka Curang

Tak sedikit orang yang mengendus laga tersebut berbau kecurangan dan memberi keuntungan bagi Korea Selatan. Totti diganjar kartu merah dan Damiona Tomassi dianulir karena dianggap terjebak offside. Kedua keputusan wasit ini dianggap sangat merugikan Italia.

Terlebih lagi, beberapa tahun setelah pagelaran di Daejeon World Cup Stadium itu berlalu, wasit Byrin Moreno mengeluarkan sebuah pernyataan yang kontroversi.

“Saya mungkin sudah melakukan beberapa keputusan yang salah, akan tetapi saya tidak harus minta maaf,” kata Byron Moreno.

Italia tentunya boleh saja merasa gusar dan tidak menerima kekalahannya atas Korea Selatan. Akan tetapi, bagi Korea Selatan, Piala Dunia 2002 merupakan momen yang tidak akan terlupakan. Penantian dan penderitaan panjang mereka pun kini sudah berakhir.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *